Saturday, September 8, 2007

Ta’ Sobek-sobek Mulutmu

“Ta’ sobek-sobek mulutmu !!!”,

sebuah ungkapan yang sebenarnya cenderung sarkastis tetapi sedang sangat nge-trend belakangan ini. Siapa yang belum pernah mendengar sebuah “pepatah” yang dipopulerkan oleh Tukul Arwana, seorang presenter yang melejit karena ke”ndeso”annya. Lalu apa kaitannya dengan bisnis kita, bisnis MLM yang kadang diplesetkan Mulut Lewat Mulut. Mungkin sama-sama pakai kata mulut saja. Tetapi kadang kala kita tidak mempergunakan mulut ini sebagaimana mestinya. Padahal oleh upline, lewat pertemuan, kaset dan buku selalu kita diajarkan untuk lebih banyak mendengarkan dibanding berbicara. Itulah sebabnya juga mengapa Tuhan kita menciptakan manusia hanya dengan satu mulut dan dua telinga, mungkin dengan tujuan yang tadi.


Namun seringkali sebagai manusia kita tidak dapat mengontrol mulut kita sendiri, kadang kala kita lupa kapan kita harus mempergunakan mulut kita, kapan kita harus mempergunakan telinga kita. Sering kali saat berhadapan dengan prospek yang super ngeyel kita cenderung menjadi tidak sabaran dan berusaha untuk menggunakan mulut kita dengan lebih dominan daripada telinga kita. Apalagi saat kita sudah memiliki predikat sebagai seorang leader, sebuah pangkat kosong yang seringkali menjebak ego. Saat seorang downline yang masih culun datang berkonsultasi, seringkali kita tidak menyediakan telinga kita tetapi justru lebih memajukan mulut kita. Seandainya leader itu Tukul, mungkin dia akan memberi nasehat sambil memonyongkan mulutnya lengkap dengan gerakan tangannya yang khas.


Sayangnya di bisnis ini kita bukanlah si Tukul yang bisa berbicara semaunya. Semakin kacau semakin meriah pula tepuk tangan dan sambutan penontonnya. Yang jauh lebih disayangkan lagi beberapa leader seolah lupa diri dan mereka menganggap dirinya sebagai Tukul yang bisa menjadi pusat perhatian public dalam acara Empat Mata. Maksudnya gimana? Begini lho contohnya, seringkali kita melihat leader menggunakan mulut tidak pada tempatnya. Ngomong panjang bukan pada saatnya. Terutama saat impact di pertemuan, entah OPP, Power Seminar atau Success Seminar. Apa sih susahnya ngomong dengan porsi yang sesuai? Kalau memang hanya boleh menyebutkan nama, latar belakang, sponsor aktif, ya sudah…. Tidak perlu melebar kemana-mana seperti lumpur Lapindo.


Seingat saya upline kita yang “galak” Mr Agus TL (sory Pak) sudah pernah melakukan meeting dengan isi wejangan bagaimana membangun OPP yang profesional dan efektif. Seingat saya waktu itu (kalau di Yogya) yang hadir para balon (baru calon) leader (*4 above) . Saat itu seingat saya kita sudah diajarkan bagaimana sebaiknya melakukan impact di pertemuan. Dengan “genit” dulu Pak Agus memberi contoh “Saya Trimbil, latar belakang saya cuma ibu rumah tangga, sampai jumpa di success seminar”, “Perkenalkan nama saya Bejo, latar belakang saya jualan es dawet keliling, saya bisa sampai di peringkat ini karena hanya menjalankan sistem yang diajarkan LNI, sampai jumpa di success seminar”. Singkat, padat, efektif dan sangat efisien dari segi waktu dan tenaga.


Tetapi sayang, sesudah sekian lama berlalu, banyak leader yang lupa diri. Apa sih susahnya menekan ego hanya dengan berbicara seperlunya. Saya ingat betul kata-kata salah seorang upline kami (saat itu masih di sekolahan yang lama) “Kalau belum bintang 8 belum boleh banyak ngomong di depan”, saat itupun peringkat tertinggi baru Bronze Lion. Gimana kalau sekarang? Kan sudah banyak Bronze Lion, Silver Lion, Gold Lion, Diamondnya sih baru satu.


BAYANGKAN seandainya di sebuah OPP ada 20 orang bintang lima, 10 orang bintang tujuh, 8 orang bintang delapan, 6 orang Bl, 5 orang SL, 2 orang GL, seorang diamond. BAYANGKAN berapa jam waktu yang diperlukan untuk impact kalau semua maunya ngomong paaaaaaanjaaaaannnngggg dan laaaaaaammmmaaaaa (seperti iklan choki-choki). Kira-kira apakah prospek akan semakin positif atau semakin negatif karena pertemuan menjadi super membosankan dan boros waktu. Tukul yang mungkin belum pernah ikut meeting *4 above saja tahu waktu, karena durasi acaranya yang terbatas.


Para leader yang terhormat, apakah sedemikian susahnya kita menekan ego kita untuk TERTIB dan PROFESIONAL dalam impact di pertemuan? Sebuah pertanyaan yang mungkin akan sangat menohok ego anda. Tetapi dengan kerendahan hati yang amat sangat, tolong posisikan diri kita sebagai prospek yang masih “curiga” dan “penasaran”. Apakah petuah panjang lebar yang kita ucapkan saat impact akan memotivasi atau justru akan membuat mereka semakin bosan? Rasanya cukup satu orang peringkat tertinggi yang layak untuk berbicara banyak dan menjelaskan pentingnya pertemuan (atau apapun yang sedang dipromosikan).


Impact bukan waktunya pamer, impact bukan waktunya untuk menjelaskan secara berulang-ulang pertemuan yang sama. Kalau upline kita bilang, “Prospek hanya ingin tahu apa latar belakang Anda!”. Mereka tidak peduli Anda punya jaringan ada dimana, mereka tidak peduli apa yang anda jelaskan. Bukankah kita juga akan merasa bosan kalau dijelaskan sesuatu yang sama berulang-ulang? Beberapa leader kadang “melarikan diri keluar ruangan” dengan alasan sudah pernah dengar, terus gimana nasib prospek? Apakah Anda mau prospek Anda melarikan diri dengan alasan sudah pernah mendengar hal yang sama?


Bukankah LNI sudah memproklamirkan diri sebagai sebuah community development yang professional? Bukankah kita juga selalu meminta audience untuk memberikan tepuk tangan bagi sekolah bisnis kita yang luar biasa. Saya percaya maksudnya luar biasa bukanlah SLB dengan murid-murid yang tuna rungu, tuna netra, cacat mental (mohon maaf). Saya rasa 99% mereka yang ada di LNI sehat lahir batin, lengkap, tidak cacat secara fisik dan mental. Jadi tolong jangan “memperkosa prospek dengan mulut kita”, daripada nanti mulut kita yang “disobek-sobek” oleh si prospek. Untunglah si Tukul belum pernah nongol di pertemuan…. Mohon maaf jika ada kata-kata yang salah, sayangnya Anda hanya bisa menyobek-nyobek hardcopy dari tulisan ini, bukan mulut saya. Mari kita menjadi good team player yang luar biasa dengan mempergunakan mulut kita sesuai pada tempatnya.

thediamondlight.com


more details...