Saturday, April 26, 2008

90 % Kasus Bunuh Diri Terkait Gangguan Kejiwaan

Permasalahan kesehatan berupa ganguan jiwa telah lama menjadi perhatian banyak kalangan, tidak hanya karena pengaruhnya terhadap produktivitas manusia, namun juga kaitannya dengan kasus bunuh diri. Temuan Organiasasi Kesehatan Dunia, WHO menunjukkan bahwa Diperkirakan sebanyak 873.000 orang melakukan bunuh diri tiap tahun. Oleh karena itu perlu diketahui apa saja yang dibutuhkan dalam membangun kesadaran dan mengurangi risiko kejadian bunuh diri dan lebih jauh lagi, gangguan jiwa.

Menurut Direktur Departemen Kesehatan Jiwa untuk WHO, Dr Benedetto Saraceno, terdapat lebih dari 90% kasus bunuh diri berhubungan dengan gangguan jiwa seperti depresi, schizoprenia dan ketergantungan terhadap alkohol. Oleh Karena itu menurutnya, mengurangi angka bunuh diri global berarti mengarahkan secara efektif upaya menangggulangi perkembangan serius penyakit jiwa diseluruh dunia. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia tersebut.

Oleh karena itu, WHO meminta perhatian para praktisi kesehatan dan pihak terkait lainnya untuk memandang bunuh diri sebagai penyebab utama kematian dini yang dapat dicegah. Sesuai dengan tema hari Kesehatan Jiwa Se-dunia �Membangun kesadaran-Mengurangi Risiko : Gangguan Jiwa dan Bunuh Diri.

�Terlalu sering, bunuh diri mewakili konsekuensi tragis dari kegagalan diagnosa dan pengobatan serius gangguan jiwa � kata Dr Anders Nordstr�m, mewakili Direktur Jenderal WHO, �Hal itu membutuhkan upaya kesehatan masyarakat yang teratur secara global, nasional dan juga dari masyarakat dan keluarga, untuk mengurangi kasus bunuh diri dengan mengurangi gangguan jiwa. Hari kesehatan jiwa sedunia merupakan kesempatan penting untuk mengenali besarnya masalah, layaknya mengenali kebutuhan untuk melangkah lebih maju dalam mencari solusinya�. Demikian seperti dikutip dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia tersebut.

Pada tiap saat, 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Meskipun pengetahuan tentang pengobatan efektif untuk ganguan jiwa yang paling sering terjadi dimiliki, permasalahan besar dalam hal pengobatan dan sumber daya yang tersedia tetap saja ada. Contohnya, studi terbaru WHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa parah tidak mendapatkan pengobatan apapun pada tahun utama. Lebih jauh lagi, data dari WHO Mental Health Atlas 2005 menunjukkan permasalahan besar pada sumber daya manusia di wilayah negara berkembang di dunia.

Oleh karena itu untuk merespon dengan sebaik mungkin permasalahan tersebut, segala upaya, baik berupa perumusan kebijakan maupuan program intervensi harus diintegrasikan dengan sisitem kesehatan nasional. Meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah gangguan jiwa, mengutamakan intervensi yang efektif-efisien pada pelayanan kesehatan dasar, dan menggabungkan dengan aspek masyarakat setempat harus menjadi kunci utama rencana dan kebijakan kesehatan jiwa nasional.

WHO memberikan panduan untuk mengurangi permasalahan ganguan jiwa dan bunuh diri di seluruh dunia. Kegiatan global telah dimulai untuk membantu beberapa negara menciptakan kebijakan, merumuskan rencana dan melakukan upaya legislasi seputar kesehatan jiwa yang koheren dan komprehensif. Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menjamin pengobatan kesehatan jiwa yang memadai tersedia pada level komunitas, termasuk pengembangan sumber daya manusia untuk kesehatan jiwa.

www.depkes.go