“Pilih perusahaan anggota APLI yang cocok untuk Anda, hindari usaha pelipatgandaan uang yang berkedok Direct Selling/Network Marketing (NM),” begitu nasehat yang terpampang di situs www.apli.or.id, sebuah situs resmi milik Asosiasi Penjual Langsung Indonesia (APLI). Tetapi apakah nasehat tersebut mencukupi bagi mereka yang benar-benar ingin menggeluti bisnis NM?
Sebelum menjatuhkan pilihan ke sebuah perusahaan NM idolanya, seorang sarjana akuntasi lulusan Universitas Indonesia (UI) tahun 2004-sebut saja Suryadinata-yang kini menjabat sebagai salah satu staf akuntan di Departemen Keuangan menuturkan kisah menarik kepada penulis.
Ketika masih duduk di bangku program D3 Akuntansi di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dulu, ia mengaku pernah punya teman dekat, sebut saja Tony, yang tidak saja dikenal sebagai mahasiswa cerdas dan pandai, tetapi juga punya jiwa entrepeneurship tinggi.
Beberapa tahun setelah lulus dari STAN, kedua sahabat itu tidak pernah bertemu satu sama lain, karena yang satu (Suryadinata) harus meneruskan program extention S1 akuntansi di UI, sedangkan yang lain (Tony) mendapatkan kepercayaan dari pamannya untuk menjalankan bisnis keluarga.
Tetapi di suatu pagi, Tony tidak dinyana-nyana tiba-tiba mendatangi Suryadinata di Depok untuk menyampaikan “kabar sukacita”. Apa gerangan kabar sukacita yang dibawakan Tony tersebut?
Ternyata ia mengaku telah menekuni bisnis baru yaitu bisnis NM. (Nama perusahaan NM-nya sengaja tidak disebutkan untuk menjaga etika dan privasi). Padahal Tony sudah menduduki posisi direktur di perusahaan pamannya, punya rumah di bilangan Pondok Indah dan mobil cukup mewah. Ia memang tidak mengundurkan diri dari perusahaan, tetapi ia telah bertekad untuk lebih serius menekuni bisnis NM.
Tony datang ke Depok lengkap dengan membawa seperangkat starter kit komplit dan buku-buku Robert T. Kiyosaki yang terkenal mampu menyihir pembacanya berpindah kuadran dari sekedar pekerja menjadi pemilik bisnis, bahkan investor.
Teman yang di Depok menerima Tony dengan penuh tanda tanya. Ada apa dengan temannya yang satu ini? Sudah sukses menduduki posisi kunci di perusahaan keluarga serta mendapatkan kontraprestasi materi yang cukup berarti, kok malah ngurus NM?
Berbagai kegundahan itulah yang tampaknya mendorong sang teman terpaksa membuka-buka starter kit dan melalap habis buku-buku Kiyosaki yang disodorkan sang teman.
Singkat cerita, tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba Suryadinata terpikat bisnis NM karena pengaruh temannya. Ingin ingin segera bergabung dengan perusahaan NM yang digeluti temannya dari Pondok Indah itu.
Tetapi sehari sebelum memutuskan bergabung, tiba-tiba kakak Suryadinata-yang telah lebih dulu menekuni NM lain-datang ke Depok dan memberikan “kabar sukacita” versi lain. Kakak itu memperkenalkan marketing plan sebuah perusahaan NM yang terkenal paling simple di Indonesia, namun bonusnya sangat besar dan menarik. Alhasil, tanpa banyak argumentasi, sang Adik yang kerja di Depkeu terpikat pada NM yang geluti kakaknya.
“Ini beda sekali dengan NM yang dikenalkan teman saya dari Pondok Indah. Saya sudah baca berulang-ulang starter kit-nya, tetapi nggak jelas-jelas juga. Angka-angka rumit. Tetapi yang ini sederhana banget,” katanya.
Pertimbangan penting
Menurut Louis Tendean, seorang distributor di NM Tiens/Tianshi (PT Singa Langit Jaya) yang telah terhasil mendapatkan bonus mobil mewah, kapal, pesawat sampai rumah mewah, marketing plan merupakan salah satu pertimbangan penting sebelum seseorang memutuskan bergabung dengan sebuah perusahaan NM/direct selling.
Tetapi sebenarnya ada lima hal lain yang perlu dipertimbangkan serius sebelum seseorang bergabung ke perusahaan NM tertentu. Lima pertimbangan lain itu adalah (1) Profil perusahaan, (2) karakter produk, (3) ketersediaan dan kualitas support system, (4) skala aktivitas perusahaan, (5) besarnya reward dan bonus, selain (6) marketing plan.
“Ini merupakan pilar-pilar yang harus diperhatikan betul-betul sebelum seseorang bergabung di perusahaan NM,” katanya kepada tabloid Bisnis Uang di Jakarta, Selasa. Bagaimana mungkin seseorang begitu saja gabung ke perusahaan NM yang company profile-nya tidak jelas? Sahamnya milik siapa, pabriknya dimana, kantor pusat bagaimana, masuk pasar modal apa tidak, dst. “Company profile sangat penting diperhatikan karena dari sini kita bisa mengerti gambaran perusahaan yang akan kita ikuti,” katanya.
Menurut ketua umumnya Helmy Attamimi, sudah mewanti-wanti agar masyarakat memilih NM yang sudah tercatat resmi sebagai anggota APLI. Saat ini ada 63 perusahaan NM yang tercatat sebagai anggota APLI, sedangkan delapan perusahaan lainnya telah dikeluarkan dari keanggotaan APLI.
Delapan perusahaan yang dikeluarkan tersebut (1) PT Dinamik Orion International, (2) PT Genesis Nusantara, (3) PT Huda Rachma Grupindo, (4) PT Kreasi Murin Abadi (Vintaly), (5) PT Kencana Mulia Sejahtera, (6) PT Suria Yozani (Sara Lee), PT Usaha Jaya Vicooperasional (UFO) serta (8) PT Queen Natura Utama.
Attamimi juga menegaskan agar masyarakat bisa membedakan antara perusahaan NM/direct selling/pemasaran jaringan dengan money game/skala piramida. Sudah tentu perusahaan money game tidak bakalan bisa menjadi anggota APLI.
“Skala piramida bisa membuat chaos, seperti yang terjadi di Pinrang, Sulawesi Selatan, sampai gedung parlemen di bakar. Separuh penduduk di Pinrang (saat itu) sudah terlibat dengan sistem piramida yang berkedok Koperasi Simpan Pinjam atau Kospin,” katanya kepada tabloid Bisnis Uang di Jakarta pekan lalu.
Menurut dia, belum adanya ketentuan yang jelas dan tegas mengenai sistem piramida di Indonesia, menjadi salah satu penyebab mengapa banyak NM “tidak jelas” masuk ke Indonesia.
“Di Malaysia aturannya sangat ketat, sehingga NM yang tidak diterima di sana larinya ke Indonesia. Tidak etis kalau saya sebutkan namanya,” katanya mengelak. Ia hanya mengingatkan agar masyarakat hati-hati dan terus mengamati perusahaan-perusahaan NM gadungan semacam ini.
Para praktisi NM sebenarnya masih punya sejumlah hal penting yang perlu dipertimbangkan sebelum seseorang bergabung dalam bisnis NM. Misalnya seberapa lama perusahaan NM tersebut beroperasi di Indonesia; apakah jika member keluar produknya bisa diuangkan kembali; bagaimana kontrak-kontrak hukumnya, misalnya jika ada member yang berada pada posisi tinggi tiba-tiba meninggal dunia atau cerai, bagaimana hak dan kewajiban mereka; dan seterusnya.
Tetapi apa yang disampaikan Louis maupun Attamimi, tampaknya cukup mampu mengkompresi banyaknya pertimbangan penting sebelum seseorang bayar starter kit dan memproklamasikan dirinya sebagai member perusahaan NM tertentu.
Oleh Paulus S. Fajar
Tabloid Bisnis Uang
sumber: www.SQN-edu.com